persma.isbiaceh.ac.id – Tradisi Meugang merupakan salah satu adat istiadat penting bagi masyarakat Aceh Utarayang dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Adha.
Dalam tradisi ini masyarakat menyembelih hewan seperti sapi atau kambing, dan dagingnya dibagikan kepada keluarga,tetangga, serta mereka yang kurang mampu. Selain menjadi momen berbagi, Meugang juga menjadi saat untuk berkumpul bersama keluarga besar dan menikmati hidangan istimewa yang dimasak dari daging tersebut.
Meugang bukan hanya sekadar tradisi, melainkan menjadi bagian integral dari kehidupanmasyarakat Aceh. Dengan semangat kebersamaan, warga Aceh memastikan bahwa setiap keluarga, termasuk yang kurang mampu, dapat menikmati daging pada hari-hari besar tersebut.Di beberapa tempat, tradisi ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan syukuran sebelum memasuki bulan puasa RamadhanTradisi Meugang dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh tanpa memandang status sosial. Baik mereka yang berada di kota maupun di pedesaan turut merayakan Meugang.
Biasanya, kepala keluarga atau para lelaki akan pergi ke pasar untuk membeli hewan kurban,sementara kaum perempuan mempersiapkan masakan khas berbahan dasar daging. Tradisi ini juga diikuti oleh anak-anak hingga orang dewasa, menjadikannya momen penting dalam ikatan keluarga dan komunitas.Selain masyarakat umum, tokoh adat dan tokoh agama turut berperan dalam menjaga kelestarian Meugang. Para pemimpin adat sering kali memberikan wejangan kepada masyarakat terkait makna spiritual dan sosial dari tradisi ini. Pemerintah daerah juga mendukung pelaksanaan Meugang, dengan memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang kurang mampu agar mereka juga bisa ikut merasakan tradisi ini.
Meugang diadakan dua kali dalam setahun, yaitu sehari atau dua hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan dan sebelum perayaan Idul Adha. Meugang Ramadhan memiliki nuansa religius yang lebih kental, karena berfungsi sebagai persiapan rohani dan fisik untuk menjalankan puasa. Sementara itu, Meugang Idul Adha bertepatan dengan hari raya kurban, yang juga mengandung makna keagamaan dan berbagi.
Biasanya, sehari sebelum Meugang, pasar-pasar di Aceh akan dipenuhi oleh warga yang membeli hewan untuk dipotong. Kemeriahan terlihat dengan ramainya aktivitas di pasar, dan rumah-rumah penduduk yang sibuk mempersiapkan masakan khas untuk perayaan ini. Padahari Meugang itu sendiri, penyembelihan hewan dilakukan, dan dagingnya langsung diolah atau di bagikan.
Tradisi Meugang dilaksanakan di seluruh wilayah Aceh, baik di kota maupun pedesaan.Biasanya, penyembelihan hewan dilakukan di rumah-rumah warga, halaman masjid, atau tempat pemotongan hewan yang telah ditetapkan. Setelah itu, daging akan dibagikan kekeluarga, tetangga, atau diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Di beberapa daerah, masyarakat juga mengadakan kenduri bersama di masjid sebagai bentuk rasa syukurdan mempererat tali silaturahmi.Pasar-pasar di Aceh Utara juga menjadi pusat aktivitas menjelang Meugang, di mana wargaberkumpul untuk membeli hewan kurban atau bahan makanan lainnya.
Di desa-desa, suasana Meugang sangat terasa dengan masakan khas Aceh yang dimasak dalam jumlah besar untuk di santap bersama keluarga besar dan tetangga.
Meugang memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Aceh, Tradisi ini merupakan bentuk syukur kepada Allah atas rezeki yang telah diberikan, sekaligus persiapan menyambut bulan Ramadhan atau merayakan Idul Adha. Bagi masyarakat Aceh,Meugang menjadi cara untuk memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan keluargaserta antar-tetangga.Selain itu, Meugang juga bertujuan untuk membagikan rezeki kepada mereka yang kurangmampu. Dengan memberikan daging kepada orang lain, tradisi ini menekankan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan kepedulian sosial. Tidak ada yang dibiarkan merasa kesepian atau kekurangan dalam perayaan Meugang, karena berbagi menjadi inti dari tradisi ini.Pelaksanaan Meugang dimulai dengan pembelian hewan kurban seperti sapi atau kambing dipasar-pasar tradisional di Aceh.
Setelah itu, hewan tersebut disembelih di rumah, masjid,atau tempat pemotongan hewan. Proses penyembelihan dilakukan sesuai dengan aturan syariatIslam, dan sebagian dari dagingnya dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan.
Daging yang diperoleh kemudian dimasak menjadi berbagai hidangan khas Aceh seperti kari,rendang, atau gulai, yang kemudian dinikmati bersama-sama dengan keluarga besar. Selain itu,daging tersebut juga bisa diberikan sebagai tanda penghormatan kepada orang tua, tetangga,atau kenalan dekat.
Proses ini memperkuat nilai gotong-royong dan kebersamaan, di mana setiap anggota masyarakat turut merasakan kebahagiaan dalam merayakan Meugang.Secara keseluruhan, tradisi Meugang di Aceh bukan hanya tentang makanan atau perayaan, tetapi juga tentang kebersamaan, keberkahan, dan kepedulian sosial. Tradisi ini terus bertahan dari generasi ke generasi sebagai salah satu identitas kuat masyarakat Aceh, meski zaman terus berubah.